Kalau dengar istilah kuliah, kira- kira apa yang melintas di benak Anda?. Jas almamater, kumpul sama teman, belajar bareng di taman, ke perpustakaan buat nyari wifi gratisan atau mendengarkan penjabaran ilmu dari bapak ibu dosen. Atau barangkali yang melintas cuma kebanggaan ketika menyahuti pertanyaan apa pekerjaanmu? . Menyandang titel sebagai mahasiswa bagi sebagian besar masyarakat memang sangat membanggakan apalagi jika berkaitan dengan masyarakat berekonomi rendah.
Kebanyakan anak kuliahan berusia masih muda..dibawah 20 an tahun. Namun bukan berarti yang berusia di atas 20 tahun tidak dapat kuliah. Kadang kadang ada orang yang baru bisa memulai kuliah pada usia matang, misalnya di usia 40an. Tentu saja terjadinya hal tersebut di sebabkan oleh banyak hal,..faktor lingkungan, ekonomi, keluarga dan lain sebagainya.
Usia muda mengandung arti masih kuatnya memori, kemampuan fisik dan kemampuan beradaptasi dengan suasana perkuliahan . Usia matang identik kemampuan menganalisa dan berbagi pengalaman. Ketika memulai kuliah di usia 40-an maka menurunnya kemampuan memori seseorang kadang bisa tertutupi dengan kemampuan orang tersebut menganalisa suatu keadaan. Kemampuan tersebut tentu saja datang dari pengalaman hidup seseorang .
Jika baru bisa mulai kuliah pada usia 40an maka jangan merasa ragu atau takut tidak dapat menyerap ilmu yang di ajarkan. Banyak sarana dan media yang bisa dipakai untuk belajar. Apalagi dengan kemajuan teknologi saat ini. Kuliah model zaman dulu berpanduan pada buku text dan diktat rangkuman yang dibuat dosen guna memudahkan mahasiswa belajar sedangkan saat ini dosen juga harus mengikuti arus modernisasi teknologi dengan berpanduan pada buku-buku terbitan terbaru terutama pada jenis mata kuliah yang berbau tehnik. Karena tau sendiri lah ..tehnik berkaitan erat dengan teknologi terbaru dan tercepat saat ini.
Namun bukan jenis teknologi yang hendak saya bahas saat ini melainkan itikad kuat untuk melanjutkan pendidikan yang justru baru bisa dilakukan di masa matang kita. Namun tekad kuat belumlah cukup , ada perencanaan yang cukup matang guna mewujudkan cita-cita duduk di bangku kuliah. Masalah pendanaan, keragu-raguan atas kemampuan adaptasi kita di bangku kuliah nanti belum lagi sederet pertanyaan dari kolega atau sahabat tentang apa yang menjadi tujuan kita melanjutkan kuliah justru di tengah kemapanan hidup yang telah di raih.
Satu hal lagi yang bisa jadi meresahkan pria atau wanita matang yang ingin kuliah lagi di usia yang tidak muda yaitu pertanyaan apakah ada kesanggupan kita untuk bersaing dengan anak-anak muda masa kini yang notabene dimanjakan oleh kemajuan teknologi yang memudahkan mereka untuk beradaptasi dengan suasana perkuliahan berikut pemahaman pada pemaparan para dosen di bandingkan kita sendiri di masa lalu
Kita akan bersama-sama mengupas satu demi satu masalah yang bisa jadi kendala dari keinginan kita untuk masuk kuliah.
1.
Jika itu masalah dana maka saya meyakini bahwa 20 tahun masa yang terlewati setelah bangku sekolah terakhir di jenjang SMA adalah di isi dengan bekerja mengumpul pundi-pundi uang. Memang pada akhirnya Perguruan Tinggi Swasta lah yang bisa menampung para kandidat perkuliahan berusia matang ini dan itu berarti biaya yang lumayan. Namun walaupun pundi-pundi tidak mencukupi untuk bisa sampai ke jenjang akhir perkuliahan maka cara lain adalah dengan mencari beasiswa. Mungkin jumlahnya tidak menutupi semua biaya perkuliahan namun setidaknya bisa cukup membantu menutupi kekurangan biaya.
2.
Masalah adaptasi bisa diatasi dengan memahami dulu bagaimana menghadapi perkuliahan itu sendiri. Mungkin dengan bertanya dengan anak kita yang pernah mengecap bangku kuliah atau membaca buku atau literature atau jurnal tentang psikologi remaja. Namun cara termudah adalah dengan membiarkan adaptasi itu berjalan apa adanya. Semakin intens pergaulan dengan rekan kuliah yang tidak sebaya akan menambah pengetahuan dan mengubah pola pikir kita. Dan percayalah anda akan tercengan melihat hasilnya.
3.
Bagaimana dengan sederet pertanyaan atau mungkin cemooh dari sebagian teman yang menyebut kita sok mau kuliah lagi. Ibaratnya nih bapak ibu sekalian …pada saat kita seharusnya lebih berkonsentrasi pada memperkuat ibadah tapi kok justru lebih memilih kuliah. Loh jangan salah!!! Belajar juga ibadah…salah satu hal yang menjadi penyambung kehidupan kita di akhirat ketika amal di dunia telah putus selain anak yang soleh dan amal jariah adalah ilmu yang bermanfaat.
4.
Yang terpenting dari itu semua adalah niat. Apakah kita kuliah untuk menyombongkan diri, berusaha meningkatkan status social dimata masyarakat sekitar tempat tinggal (salah seorang teman saya mengaku kuliah adalah untuk membalas dendam pada masyarakat yang menyepelekan dia dan keluarganya…Nauzubillah). Atau semata-mata hanya hendak menambah ilmu dan membuat kita lebih memahami satu persoalan di banding sebelumnya.
Ketika pertama kali kuliah di tahun 2014, usia saya 44 tahun. Niatan awal hanyalah ingin menambah ilmu selain dari bacaan, berita-berita yang saya konsumsi selama ini. Selain itu..karena memiliki anak yang masih sekolah di bangku sekolah pertama dan sekolah menengah..saya meniatkan dalam hati bahwa saya kuliah agar dapat menjawab semua pertanyaan anak saya yang semakin hari semakin kritis saja. Tau sendiri lah , di zaman kemajuan teknologi saat ini..arus informasi masa kini sudah tak terbendung karena banyaknya media di sekitar kita yang menyampaikannya. Kita sebagai orang tua adalah filter pertama dalam menghadapi itu semua. Dan harus bisa memposisikan diri sebagai partner buat anak dalam berbagi pengalaman menghadapi berbagai persoalan dan masalah yang mungkin timbul di kegiatan harian mereka.
Kematangan pemahaman dan analisa kita ditambah dengan ilmu yang kita dapatkan di bangku kuliah pasti akan banyak membantu kita untuk membentuk anak-anak menjadi pribadi yang kuat dan tahan godaan. Karena anak-anak tidak perlu mencari jawaban di tempat lain namun cukup bertanya pada kita.
Nah, saya harap tidak ada lagi keraguan di hati para bapak dan ibu untuk memulai babak baru dalam kehidupan kalian selama ini. Menjadi mahasiswa di usia 40an bukanlah momok yang mesti di takuti. Pergaulan dengan rekan kuliah yang tidak sebaya akan menambah wawasan yang sudah ada di samping bisa sharing atau berbagi pengalaman dengan mereka dalam menghadapi persoalan hidup. Ini adalah timbal balik yang menyenangkan sekaligus menguntungkan toh.
Selamat kuliah ya teman-teman…